Jakarta—Penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah dinilai lebih unggul
dibandingkan dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang konsisten. Struktur penulisannya sangat
jelas dan logis.
Pendapat ini dikemukakan oleh psikolog
sekaligus pemerhati pendidikan dari Belanda, Annie Makkink pada
kunjungannya ke Kantor Kemdikbud, Jakarta, Senin (25/02/2013).
Annie mengatakan, banyak kata yang
dibentuk dalam bahasa Indonesia berasal dari sebuah kata dasar, yang
diberi awalan dan/atau akhiran. Jika seseorang telah mengenal beberapa
kata dasar maka sudah dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
“Penulisan dalam bahasa Indonesia mempunyai struktur yang sangat jelas.
Setiap huruf mempunyai bunyi tersendiri. Apa yang ditulis itulah yang
diucapkan,” kata lulusan jurusan psikologi dari Universitas Groningen
Belanda ini.
Annie mencontohkan, penulisan huruf b u k u
akan diucapkan seperti yang tertulis b/u k/u. Hal ini berbeda dengan
bahasa Inggris. Bahasanya tidak konsisten karena tidak ada hubungan
murni antara huruf dan suara atau bunyi. “Karena itu, tidak mudah untuk
mengucapkan apa yang tertulis,” katanya.
Dia mencontohkan, sejumlah kata yang berakhiran “ough” seperti bough, cough, rough, though, dan through, jiika diucapkan akan terdengar seperti cow, off, puff, no, dan too.
“Anak saya baru berumur enam tahun saat
datang ke Indonesia. Saya menyuruh belajar bahasa Indonesia. Saya
memberitahu yang berbeda dengan bahasa Belanda. Dia langsung bisa
membaca dan mendapat nilai delapan untuk bahasa Indonesia di rapor.
Walaupun belum bicara bahasa Indonesia, tetapi bisa membaca, karena
strukturnya sederhana,” katanya mengisahkan.
Annie mengenal Indonesia sejak 1980 saat
mengikuti suaminya yang bekerja sebagai konsultan teknik untuk sekolah
menengah kejuruan. Dia mulai meneliti penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar di sekolah sejak diminta membantu mengajar
matematika di sekolah Indonesia.
Dia kemudian pulang kembali ke Belanda
pada 1983, namun tetap berhubungan dengan Indonesia. Sejak tahun 1998
dia menjadi penggiat program Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI), suatu program untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di
sekolah dasar (SD).
Annie melanjutkan, keunggulan bahasa
Indonesia juga dapat dilihat saat digunakan sebagai bahasa pengantar
pada mata pelajaran matematika. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian
dalam matematika anak cukup mengetahui kata dasar “kali”. “Kata ini juga
mudah terdengar jika diberikan imbuhan menjadi ‘beberapa kali’ atau
‘berkali-kali’,” terang Annie.
Sementara, di sisi lain, bahasa Inggris
lebih sulit digunakan. Untuk menjelaskan ungkapan “tiga kali empat”
yaitu dengan menyebutkan “three times four”. Guru juga harus menjelaskan bahwa itu perkalian atau multiplication. “Kata-kata dan bunyinya berbeda,” katanya.
“Waktu saya melihat guru mengajar
matematika dengan bahasa Inggris sangat menyedihkan. Guru juga tidak
lancar bahasa Inggris, dia sibuk dengan menjelaskan kata-kata yang
ditulis,” ujarnya .
Hasilnya, kata Annie, bahasa Inggrisnya
jelek dan matematika juga jelek. Guru mengajar menggunakan bahasa
Inggris, yang dia sendiri tidak begitu paham. “Menterjemahkan kalimat
bagi anak makan waktu,” katanya.
Annie mengaku beruntung dapat mengerti
bahasa Indonesia. Banyak negara, kata dia, akan merasa iri dengan bahasa
Indonesia karena bahasanya jelas. Dan tepat digunakan terutama untuk
mengajarkan matematika dan IPA.
“Hanya beberapa kata sudah jelas. Tidak perlu banyak cerita. This is very good (implement) in math. Siswa kelas satu di Indonesia setingkat dengan kelas dua di Inggris. Jangan membuang bahasa yang begitu bagus,” katanya.
Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Ramon Mohandas menyampaikan,
penggunaan bahasa Indonesia untuk kata-kata istilah teknis di
matematika konsisten tidak seperti bahasa Inggris. Dia (Anie) melihat
bahwa pengajaran bahasa Inggris pada matematika lebih mudah menggunakan
bahasa Indonesia dibandingkan dengan menggunakan bahasa Inggris." Semua
sekolah harus menggunakan pengantar bahasa Indonesia," katanya.
Ketentuan ini, kata dia, berlaku juga
bagi sekolah RSBI, yang telah dihapus penyelenggaraannya oleh Mahkamah
Konstitusi. “Kalau sekolah internasional silakan saja menggunakan bahasa
Inggris,” katanya. (ASW)
Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/1080