Jumat, 22 Februari 2013

Gelombang Bono: Potensi Pariwisata Riau yang Terpendam

Gelombang Bono, Riau (Foto: kamparriverdefender)

Kedahsyatan gelombang  Bono di Sungai Kampar, Desa Teluk Meranti, Propinsi Riau oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dijadikan sebagai salah satu daerah destinasi wisata minat khusus. Kemenparekraf telah menginisiasi potensi gelombang Bono sejak tahun 2010 dan mulai memperkenalkanya kepada masyarakat pada tahun 2011.

“Potensi Sungai Kampar untuk dijadikan sebagai daerah wisata sangat besar. Sejak kami meng-upload video Sungai Kampar di Youtube, banyak peselancar yang datang untuk merasakan sensasi gelombang  Bono,” jelas Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Even Kemenparekraf, Achyaruddin saat menyambut kedatangan tiga peselancar Inggris yang baru saja menaklukan gelombang  Bono di Bandar Udara Soekarno-Hatta, 15 Februari 2013.
Saat ini, Kemenparekraf telah membuat masterplan pengembangan wisata Desa Teluk Meranti. “Kami sudah membagi daerah yang akan kami kembangkan sebanyak tujuh lokasi yang terdiri dari tiga bagian utama yakni daerah konservasi, arena selancar dan fasilitas wisata seperti penginapan. Panjangnya lokasi yang akan kami kembangkan ini sekitar 55 km, sementara panjang kawasan yang dilewati gelombang  Bono adalah 30 km,” jelas Achyar.
Menurutnya, potensi pengembangan salah satu destinasi wisata minat khusus ini sangat besar karena tidak hanya menyasar kedatangan peselancar kelas dunia juga mengundang minat keluarga peselancar untuk ikut menikmati keindahan Desa Teluk Meranti yang belum banyak tersentuh modernisasi. “Biasanya kan peselancar datang membawa keluarganya, ini juga bisa menjadi salah satu keuntungan bagi kita,” katanya lebih lanjut.
Kondisi Desa Teluk Meranti masih sangat sederhana. Namun, dengan daya tarik gelombang  Bono, Achyaruddin optimis wisata di Desa Teluk Meranti akan berkembang pesat. “Berkaca dari keberhasilan pariwisata Bali yang bermula dari kegiatan selancar, kami optimis wisata Riau khususnya Desa Teluk Meranti akan memperoleh keberhasilan yang sama,” Pungkasnya.
Dulu, gelombang Bono ditakuti oleh masyarakat Desa Teluk Meranti. Namun, seiring perkembangan wisata selancar Sungai Kampar, masyarakat menyadari pentingnya peranan gelombang Bono dalam menggerakan perekonomian mereka. Kedahsyatan gulungan ombak yang ditingkahi hentakan keras dari berbagai arah tak terduga dianggap sebagai bencana oleh masyarakat setempat. Apalagi kedatangan gelombang  Bono disertai dengan gejala alam yang tidak biasa. Sebelum gelombang datang, langit menjadi berwarna gelap dan turun hujan rintik-rintik.
Akses menuju Desa Meranti ada dua. “Pengunjung dapat melalui Batam, dari sana bisa menggunakan akses laut. Sedangkan jika ingin menggunakan jalur darat, pengunjung dapat melalui kota Pekanbaru dengan waktu tempuh 4 jam,” tutup Achyar. (Puskompublik)
Sumber : http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2087

 

Berita Terkait Lainnya