Rabu, 06 Februari 2013

Menag Ajak Sarjana Agama Menjadi Contoh

Foto

Manado (Pinmas)— Menteri Agama Suryadharma Ali minta para sarjana agama mampu menjadi contoh dalam menjalankan nilai-nilai moral yang berintikan ketaatan kepada Tuhan dan kecintaan bagi sesama.
Permintaan itu disampaikan Menteri Agama saat wisuda Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado, saat kunjungan kerjanya di Manado, Senin(4/2).

Hadir pada acara tersebut Dirjen Bimas Kristen Saur Hasugian, Dirjen Pendidikan Agama Islam (Pendis) Nur Syam dan Gubernur Suluawesi Utara SH Sarundajang dan sejumlah pejabat lainnya.
Sebagai sarjana dari Sekolah Tinggi Agama Keristen Negeri Manado,Menag berharap hendaknya dapat mengemban misi toleransi, misi kerukunan antar- masyarakat, antarumat beragama. Keseluruhan misi itui kedengarannya sederhana tetapi realisasinya sangat berat.
Kendati demikian, Menag yakin, toleransi kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan dapat tercipta, terpelihara di dalam tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa. Meski terasa berat, tantangan dan kegalauan yang dirasakan dewasa ini akan dapat terasasi dengan baik.
Menag menjelaskan Indonesia banyak memiliki pulau, banyak bahasa, adat istiadat, sistem nilai, budaya. “Tetapi kita harus meningkatkan diri dalam satu kesatuan sebagai warga bangsa Indonesia. Perbedaaan adalah fitrah. Kita tidak mampu merekayasa perbedaan, perbedaan memang ada, seperti yang kita lihat saat ini. “Perbedaan itu ciptaan Tuhan, siapa yang mengesampingkan perbedaan itu sama saja mendegradasikan ciptaan Tuhan,” ucapnya.
Oleh karena itu, Menag mengajak untuk memahami perbedaan yang ada. Perbedaan itu sesuatu yang tidak dapat di hindari, karena Tuhan telah menciptakan perbedaan. “Kita semua berkomitmen pada falsafah Bhineka Tunggal Ika beraneka ragam, bermacam-macam tetapi satu. Inilah kekuatan dari bangsa Indonesia,” kata Suryadharma Ali.
Menag menambahkan, banyak bangsa pecah persatuannya. Sebab, bangsa-bangsa itu tidak mampu merekatkan perbedaannya antara yang satu dengan yang lain. Bagi Indonesia, agama harus dipahami sebagai kekuatan perekat dari berbagai macam perbedaan itu. Kekuatan perekat bangsa Indonesia adalah orang beriman karena Tuhan menciptakan perbedaan itu.
“Saya yakin, semakin banyak warga Indonesia umumnya, khususnya masyarakat Sulawesi Utara yang memahami agama lebih baik, lebih dalam, lebih luas yang menjadi kekuatan yang sangat luar biasa untuk membangun Indonesia ke depan,” ia menegaskan.
Karakter merupakan sebuah sisi nilai, ia melanjutkan, apakah itu sisi nilai agama, nilai sosial, nilai budaya yang berkembang pada suatu daerah. Tetapi, sebagai penganut suatu agama tentu memiliki nilai-nilai yang lebih universal, yang cocok diterapkan pada kehidupan global.
Pada kesempatan itu Menag memberi apresiasi kepada para wisudawan STAKN Manado. Juga ucapan terima kasih kepada para orang tua dan keluarga para wisudawan yang pada hari itu menyaksikan keberhasilan putra-putri tercinta meraih gelar sarjana.
Sebagai Sarjana Sekolah Tinggi keagamaan tentunya saudara-saudara harus mampu menjadi contoh dalam menjalankan nilai-nilai moral agama yang berintikan ketaatan kepada tuhan dan kecintaan kepada sesama manusia.
Sebagai sarjana Sekolah Tinggi Agama Keristen Negeri Manado hendaknya juga mengemban misi toleransi, misi kerukunan antar masyarakat, antar umat beragama. Misi ini kedengarannya sederhana tetapi realisasinya sangat berat.(boy)

http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=119003

Berita Terkait Lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar