Pesan atau kampanye tidak harus selalu disampaikan secara langsung,
nilai-nilai sosial dalam masyarakat dapat disampaikan dalam balutan
cerita fiksi berbasis realitas yang dikemas dalam bentuk sebuah film
seperti cerita dalam film “Kisah 3 Titik” garapan sineas Lola Amaria.
Film ini merupakan film ke 36 yang diproduksi sineas Indonesia selama
tahun 2013 dan film ketiga yang dihasilkan oleh Lola Amaria. Seperti
yang diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka
Pangestu saat menghadiri pemutaran perdana Film “Kisah 3 Titik” di XXI
Epicentrum, Jakarta (29/4).
“Film adalah media yang sangat baik dan sangat luar biasa untuk bisa
menceritakan pesan-pesan sosial yang diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran semua stakeholder antara lain pemerintah, pengusaha maupun
buruh itu sendiri untuk mengetahui haknya. Saya rasa semua stakeholder
mempunyai tanggung jawab untuk membantu perjuangan itu, dan bagaimana
film adalah media perjuangan untuk menceritakan banyak hal,” jelas
Menparekraf sesaat sebelum pemutaran film.
Dalam kesempatan yang sama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Muhaimin Iskandar menjelaskan misi yang paling menonjol dalam film ini
adalah kampanye bagi semua pihak. Stakeholder dan masyarakat dapat
membaca secara utuh realitas dan masalah yang dihadapi di dunia
perburuhan. Menakertrans pun menambahkan bahwa film ini dapat
menyadarkan masyarakat untuk bersinergi dalam menghadapi
masalah-masalah.
Menakertrans menambahkkan bahwa film ini dapat menjadi kado bagi para
Buruh yang memperingati hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei.
Menparekraf berpendapat selain menyorot mengenai masalah perburuhan di
Indonesia, film ini dapat menjadi kado bagi para wanita dalam rangka
Hari Kartini tanggal 21 April yang lalu, karena film ini diproduksi oleh
sineas perempuan dengan pemeran utama perempuan untuk para pekerja
perempuan.
Film “Kisah 3 Titik” bercerita mengenai tiga perempuan yang memiliki
kesamaan problematika dalam kehidupannya sebagai pekerja perempuan.
Titik Sulastri (Ririn Ekawati), adalah janda beranak satu yang bekerja
sebagai buruh kontrak berupah rendah di sebuah pabrik garmen. Titik
Dewanti Sari (Lola Amaria) adalah perawan tua yang memegang posisi
bergengsi di sebuah perusahaan raksasa yang penuh skandal. Titik Kartika
(Maryam Supraba) adalah wanita tomboy yang besar di lingkungan preman,
ia bekerja sebagai buruh pabrik rumahan yang tidak takut mati demi
keadilan.
“Kami bangga karena film-film Indonesia kualitasnya meningkat dan
temanya bervariasi dan banyak yang mengandung realita kehidupan kita
sehari-hari. Saya rasa itu adalah salah satu wujud film,” ungkap
Menparekraf.
Sumber: http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2221
Tidak ada komentar:
Posting Komentar