Senin, 06 Mei 2013

Menparekraf : Film Sebagai Media Perjuangan dan Penyampai Pesan


Pesan atau kampanye tidak harus selalu disampaikan secara langsung, nilai-nilai sosial dalam masyarakat dapat disampaikan dalam balutan cerita fiksi berbasis realitas yang dikemas dalam bentuk sebuah film seperti cerita dalam film “Kisah 3 Titik” garapan sineas Lola Amaria.
Film ini merupakan film ke 36 yang diproduksi sineas Indonesia selama tahun 2013 dan film ketiga yang dihasilkan oleh Lola Amaria. Seperti yang diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu saat menghadiri pemutaran perdana Film “Kisah 3 Titik” di XXI Epicentrum, Jakarta (29/4).
“Film adalah media yang sangat baik dan sangat luar biasa untuk bisa menceritakan pesan-pesan sosial yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran semua stakeholder antara lain pemerintah, pengusaha maupun buruh itu sendiri untuk mengetahui haknya. Saya rasa semua stakeholder mempunyai tanggung jawab untuk membantu perjuangan itu, dan bagaimana film adalah media perjuangan untuk menceritakan banyak hal,” jelas Menparekraf sesaat sebelum pemutaran film.
Dalam kesempatan yang sama Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar menjelaskan misi yang paling menonjol dalam film ini adalah kampanye bagi semua pihak. Stakeholder dan masyarakat dapat membaca secara utuh realitas dan masalah yang dihadapi di dunia perburuhan. Menakertrans pun menambahkan bahwa film ini dapat menyadarkan masyarakat untuk bersinergi dalam menghadapi masalah-masalah.
Menakertrans menambahkkan bahwa film ini dapat menjadi kado bagi para Buruh yang memperingati hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei. Menparekraf berpendapat selain menyorot mengenai masalah perburuhan di Indonesia, film ini dapat menjadi kado bagi para wanita dalam rangka Hari Kartini tanggal 21 April yang lalu, karena film ini diproduksi oleh sineas perempuan dengan pemeran utama perempuan untuk para pekerja perempuan.
Film “Kisah 3 Titik” bercerita mengenai tiga perempuan yang memiliki kesamaan problematika dalam kehidupannya sebagai pekerja perempuan. Titik Sulastri (Ririn Ekawati), adalah janda beranak satu yang bekerja sebagai buruh kontrak berupah rendah di sebuah pabrik garmen. Titik Dewanti Sari (Lola Amaria) adalah perawan tua yang memegang posisi bergengsi di sebuah perusahaan raksasa yang penuh skandal. Titik Kartika (Maryam Supraba) adalah wanita tomboy yang besar di lingkungan preman, ia bekerja sebagai buruh pabrik rumahan yang tidak takut mati demi keadilan.
“Kami bangga karena film-film Indonesia kualitasnya meningkat dan temanya bervariasi dan banyak yang mengandung realita kehidupan kita sehari-hari. Saya rasa itu adalah salah satu wujud film,” ungkap Menparekraf.
Sumber: http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2221

 

Berita Terkait Lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar