Senin, 05 Agustus 2013

Berjualan Kerupuk Opak (Singkong) Mampu Membiayai Anak Sekolah




Lubuklinggau, PDK
      Dizaman yang serba modern ini serta teknologi yang semakin canggih, budaya asing semakin tak terkendali menerobos sampai kepelosok tanah air. Namun, sebagian desa salah satu perkampungan di kota Lubuklinggau yang berdekatan dengan makam makam pahlawan kota Lubuklinggau.
     Berada ditengah perkampungan yang kebetulan terdapat beberapa usaha pembuatan kerupuk opak. Salah satunya adalah Ishaq, keturunan Binjai (Musi Rawas) dan seorang istri yang bernama Farida dan memiliki seorang anak  yang bernama putri yang pada saat ini masih bersekolah di SMP Negeri 1 kota Lubuklinggau kelas 2.
     Saat ditemui dikediamannya Ishaq becerita banyak tentang kehidupan yang semakin sulit, bahan pokok yang semakin mahal dan tidak terjangkau untuk dibeli. Sebelum berjualan kerupuk opak Ishaq adalah seorang tukang ojek sepeda motor yang bekerja dari pagi sampai sore hari. Namun, setelah semakin banyaknya jumlah jasa ojek sepeda motor sehingga berpengaruh terhadap penghasilannya sehari-hari yang selama ini pas-pasan. Demi mencukupi kebutuhan keluarganya Ishaq harus bekerja sampingan sebagai tukang las itupun tidak rutin hanya pada saat tertentu jika ada yang membutuhkan saja.
    Hanya bermodalkan uang Rp. 75.000 Ishaq bertekad untuk merubah profesi sebagai penjual kerupuk opak dan menjalankan usaha ini dibantu sang istri dan salah seorang anak yang masih duduk dibangku sekolah menengah pertama setelah pulang sekolah. Dari proses awal sampai akhir yaitu proses penggorengan memakan waktu 2 hari. Dipasarkan di pasar pagi sejak pukul 3 subuh sampai dengan 6 pagi dengan menyewa lapak Rp. 2000 per hari. Alhamdulillah dengan beralih berjualan opak bias mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya anak sekolah di SMP. Namun, terkadang ada sedikit kendala misalnya pada saat musim hujan tiba kerupuk tidak bisa diproduksi dikarenakan tidak bisa menjemur opak yang masih dalam produksi kukusan, apalagi saat ini BBM sudah naik. Kami berharap semoga pemerintah mau memperhatikan nasib kami sebagai pedagan kecil ini dikarenakan bahan pokok dan harga barang-barang kebutuhan lainnya yang semakin melambung. Sedangkan kami hanya bergantung dari usaha kecil ini untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak kami yang masih duduk dibangku SMP.    
   Harapan besar juga kami sampaikan semoga pemerintah mendengar kelihuhan kami ini dengan tidak mempersulit urusan birokrasi baik ditingkat kelurahan maupun kecamatan. Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu tetangga Ishaq yang halaman rumahnya dipakai untuk menjemur kerupuk opak (Alikiman).
                                                                                                                                       
Ampera





Berita Terkait Lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar